Sunday 13 October 2013

Dunia Perfilman Bojonegoro di 2020

Sebelumnya Prestasi Bojonegoro di Dunia Perfilman


Berdasarkan uraian pada artikel-artikel sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa perfilman Bojonegoro mulai berkembang dan diperhatikan oleh masyarakat baik dalam Bojonegoro maupun luar Bojonegoro.

“Sedikit demi sedikit, para pecinta perfilman di Bojonegoro menciptakan karya-karya film.
Sedikit demi sedikit, mereka beralih dari penonton menjadi yang ditonton.
Sedikit demi sedikit, para pecinta film yang tersebar diseluruh penjuru Bojonegoro berkumpul menjadi satu kesatuan.”

Menjadi satu kesatuan?? Yups, benar. Saat ini mulai muncul komunitas yang bergerak di bidang perfilman. Komunitas itu adalah Komunitas Saraf Mata. Komunitas ini memproduksi berbagai film indie baik film dokumenter maupun bentuk video pendek. Dan film-film tersebut berhasil mengukir prestasi. Saya masih belum tahu ada komunitas perfilman lagi atau tidak di Bojonegoro, yang saya tahu cuma itu saja.
 
Acara nonton bareng oleh Komunitas Saraf Mata
Begitulah tahapan yang sedang dilalui oleh dunia perfilman. Ya ... memang Bojonegoro masih merupakan “anak baru” di perfilman Indonesia, tidak seperti Jakarta dan Bandung yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di dunia perfilman. Tapi Bojonegoro juga sanggup bersaing di industri perfilman.
Saat ini demam film dan sinetron tak berbobot mewabah dimana-mana. Selalu ada saja film, sinetron dan acara-acara TV yang masuk ke catatan hitam di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Untuk yang dipertelevisian, kasusnya ada bermacam-macam, mulai dari pelanggaran perlindungan anak dan remaja, norma kesopanan dan kesusilaan, materi seks, penggolongan program siaran, ketentuan iklan, pelecehan individu/kelompok masyarakat tertentu, ketentuan program jurnalistik, materi mistik-horor-supranatural, kekerasan, gender, hak privasi, agama, tata cara penggunaaan lagu kebangsaan, budaya, ketentuan sensor, dan ketentuan terkait rokok. Aduh.. banyak sekali pelanggaran yang terjadi di Industri pertelevisian.
Kalau perfilman sich mayoritas kasus pelanggaran yang di depan layar yaitu materi seks. Untuk buktinya, anda sudah tahu sendiri di sekitar anda, jadi tidak perlu dibahas lagi. Untuk pelanggaran yang dibalik layar yaitu kasus hak cipta baik di level nasional maupun level komunitas.
Keadaan yang seperti ini bisa menjadi peluang Bojonegoro untuk maju di dunia perfilman dan memperkenalkan diri kepada dunia, “Kami Bojonegoro turut berpartisipasi membangun dunia perfilman Indonesia”. 

Salah satu adegan dalam film 'Hasduk Berpola'
Bojonegoro bisa memproduksi film-film yang dekat dengan kehidupan kita, mengangkat film-film dari sejarah dimasa lampau dan perbaikannya saat ini, mengangkat budaya dan alam asli Bojonegoro, mengangkat budaya kita yang saat ini mulai tergerus arus liberalisme. Contoh sederhananya, budaya gotong-royong sekarang mulai punah karena masyarakat mulai mementingkan kepentingannya sendiri, acuh dengan keadaan sekitar. Sadarlah.... ini sama sekali bukan budaya Indonesia kita. Indonesia bukanlah bangsa yang seperti, Indonesia benar-benar mengangkat asas kekeluargaan bukan asas saling menjatuhkan.
Hal-hal tadi bisa dijadikan sebagai karakteristik perfilman Bojonegoro. Jadi, Bojonegoro memiliki potensi besar untuk menjadi kota perfilman, bukan... lebih tepatnya lagi kiblat perfilman Indonesia bahkan dunia yang selalu menyajikan berbagai film yang berkualitas, sarat makna, dan mengangkat nilai-nilai adiluhung bangsa yang dimiliki Indonesia.

5 tahun ke depan, yaitu tahun 2018, Bojonegoro telah memiliki beberapa komunitas perfilman dan beberapa produser film asli Bojonegoro. Bojonegoro telah berhasil memproduksi beberapa film indie dan film box office secara mandiri. Mayoritas film-film yang diproduksi berhasil memperoleh prestasi di ajang bergengsi tingkat provinsi. Lalu, beberapa film Bojonegoro mampu memperoleh penghargaan bergengsi seperti, FFI 2018.
Di tahun 2019, para investor tertarik untuk melakukan investasi di beberapa produser film Bojonegoro. Akhirnya dengan dana yang besar produser film Bojonegoro bisa memproduksi film yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya tanpa takut kehabisan dana. Di tahun ini, pengunjung di wilayah Bojonegoro juga meningkat karena penasaran dengan perfilman Bojonegoro dan wisatanya. Pendapatan daerah Bojonegoro juga meningkat karena industri perfilman dan pariwisata Bojonegoro turut menyumbang pendapatan Bojonegoro lewat pajak.
Di tahun 2020, sebuah film box office terbaik di Indonesia dari Bojonegoro telah dirilis dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat dunia. Dan sebuah film tersebut berhasil menyabet penghargaan Oscar, ajang penghargaan perfilman paling prestisius di dunia. Dan nama Indonesia semakin harum di dunia Internasional dan Bojonegoro semakin maju sebagai kiblat perfilman yang berkualitas. Kalau bukan kita yang memproduksi film berkualitas, siapa lagi???
Ini mimpi, kenyataan atau visi dan misi, yah... itu semua tergantung anda semuanya. Sebagai masyarakat Bojonegoro, apakah kalian tega melihat Bojonegoro menjadi daerah yang terbelakang, tertinggal zaman? Apakah kalian rela kalau prestasi perfilman Bojonegoro hanya berhenti sampai disini? Tentu tidak bukan...
Sekarang, tunjukkan karya-karya terbaik kalian untuk Bojonegoro, khususnya dibidang perfilman. Wujudkan impian kalian untuk menciptakan karya agung kelas dunia!!! Yakinkan pada dunia bahwa anak Bojonegoro juga mampu bersaing di Industri perfilman Indonesia. Galeri Milik Rina siap membantu mempersiapkan karya kalian, memberi informasi tentang dunia perfilman dan mempertemukan kalian dengan tim terbaik kalian...

 Ayo Bojonegoro !!!

Baca juga Dunia Perfilman, Potensi Baru Bojonegoro
 

Prestasi Bojonegoro Di Dunia Perfilman

Sebelumnya Film-Film Karya Bojonegoro Dulu dan Sekarang


Ternyata setelah ditelusuri, Bojonegoro punya cukup banyak prestasi dibidang perfilman. Film-film yang berhasil menoreh prestasi tersebut diantaranya Hasduk Berpola, dan Mie Sandur Setengah Matang.
 
Salah Satu Adegan dalam Film Hasduk Berpola
Kehadiran film Hasduk Berpola disambut antusias oleh seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Hasduk Berpola telah membawa angin segar bagi hiburan tanah air kala arus sinetron dan film-film tak berbobot bahkan merusak menghiasi media tanah air.


Acara gala premiere Hasduk Berpola di 5 teater Studio XXI Planet Hollywood, Jakarta dihadiri lebih dari 1000 undangan yang terdiri dari public figure, laskar pramuka, artis, Komunitas Pecinta Seni Sastra Indonesia hingga sastrawan senior Remy Silado dan beberapa tamu agung lainnya seperti Menteri Pemuda dan Olahraga, Roy Suryo beserta rombongan, Bupati Bojonegoro, Suyoto dan beberapa pejabat Pertamina. Direktur Music Factory Indonesia, Harun Nurasyid juga hadir bersama keluarga.
Para tamu undangan dan penonton pada acara gala tersebut memberikan apresiasi positif pada film Hasduk Berpola. Mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya serempak. Hal fenomenal yang benar-benar jarang terjadi di Indonesia.  “Dada saya bergetar hebat dan mata saya memanas saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, film ini layak ditonton seluruh rakyat Indonesia”, ungkap Handoko, salah satu tamu yang diundang pada acara tersebut.
Salah Satu Adegan dalam Film

Roy Suryo mengungkapkan bahwa film ini juga bisa dijadikan trigger(pencetus) untuk kebangkitan kembali kegiatan pramuka di Indonesia. Nilai-nilai luhur yang disampaikan dalam film Hasduk Berpola garapan Harris Nizam ini diharapkan akan menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Tidak saat acara gala premiere saja, film Hasduk Berpola ramai ditonton. Setelah acara perilisan, masyarakat berbondong-bondong untuk menonton film tersebut dengan berbagai cara mulai dengan nonton di bioskop terdekat, nonton bareng seperti Dewan Kerja Galang Pramuka SMP Negeri 101 Jakarta di Cinema 21 Slipi Jaya pada tanggal 22 Maret yang lalu, nonton film di youtube, dan sebagainya. Hasduk Berpola telah menjadi the hottest film 2013 ini. 

Itulah prestasi yang berhasil diraih oleh film Hasduk Berpola. Lalu, prestasi apa yang diraih oleh Mie Sandur Setengah Matang? Yuukk kita ikuti ulasannya...
Video berjudul Mie Sandur Setengah Matang telah berhasil masuk nominasi festival film pelajar yang diselenggarakan oleh Yogyakarta. Video ini baru dipublikasikan pada tanggal 19 September lalu di sebuah website milik Komunitas Saraf Mata dan baru dilihat sebanyak 16 kali.
 
Kesenian Sandur
Mie Sandur menceritakan tentang nasib sandur yang merupakan kesenian pertunjukan tradisional khas Bojonegoro sudah melanglang hingga ke seantero Jawa Timur ternyata hampir tidak dikenali masyarakat Bojonegoro itu sendiri. Sungguh ironis...
Komunitas Saraf Mata juga menggelar nonton bareng untuk memperkenalkan karya terbarunya berupa film dokumenter berjudul Nyawa Illegal pada tanggal 19 Mei 2013 lalu di Hotel Djanggleng Bojonegoro. Saya masih belum menemukan videonya di youtube, jadi belum bisa menampilkan videonya di sini (Maaf ya...).

Begitulah gambaran perfilman Bojonegoro saat ini, terus bagaimana ya dunia perfilman Bojonegoro pada tahun 2020? Ingin tahu jawabannya??? 

Yuuk... kita lihat sama-sama di

Film-Film Karya Bojonegoro Dulu dan Sekarang

Baca sebelumnya di Bupati Bojonegoro Menyambut Hangat Film Hasduk Berpola


Film persembahan dari anak-anak Bojonegoro “Hasduk Berpola”berhasil menggemparkan dunia perfilman Indonesia dan mampu bersanding dengan film-film besar Indonesia yang lainnya seperti Ayat-Ayat Cinta , Ketika Cinta Bertasbih, Habibie dan Ainun, JokowiSurat Kecil Untuk Tuhan dan lain sebagainya.


Lalu selain “Hasduk Berpola”, film apa lagi yang merupakan karya cah Jenogoro-an?
Sebelum “Hasduk Berpola” dirilis, Bojonegoro pernah memproduksi sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang perjalanan dan perkembangan Bojonegoro dari masa penjajahan hingga merdeka saat ini, yah ... walaupun belum merdeka 100% sich... Trailer film dokumenter ini diputar pada saat resepsi kenegaraan 17 Agustus 2011 lalu di Pendopo Malowopati. Kemudian film ini diputar kembali untuk memperingati HUT Bojonegoro yang ke-334 di Stadion Letjen H. Soedirman (untuk tanggalnya, maaf admin lupa... nggak papa kan?).
Selain film dokumenter, Cah Jenogoroan juga menggarap beberapa film indie seperti Nyawa Illegal dan Mie Sandur Setengah Matang. Karya-karya ini hasil garapan seniman-seniman Bojonegoro yang tergabung dalam Komunitas Saraf Mata Bojonegoro.
Film dokumenter Nyawa Illegal merupakan karya dari Masnun yang menceritakan tentang profesi seorang penambang batu kumbung yang berada di Kecamatan Rengel, Tuban. Dikisahkan seorang penambang batu kumbung mempunyai penghasilan tidak sebanding dengan resiko yang dilakukan. Dia mendulang kumbung dari dasar bumi dengan cara manual menggunakan alat gergaji. Dan tanpa alat pengaman apapun.
 
Acara nonton bersama yang diselenggarakan Komunitas Saraf Mata
Lalu video berjudul Mie Sandur Setengah Matang telah berhasil masuk nominasi festival film pelajar yang diselenggarakan oleh Kampung Halaman, Yogyakarta.
Komunitas Saraf Mata Bojonegoro adalah komunitas masyarakat Bojonegoro yang berkiprah di dunia perfilman dan telah memproduksi beberapa film indie mulai dari video art dan film dokumenter.

Itulah sebagian film karya seniman Bojonegoro. Masih ada banyak lagi karya yang belum ter-expose. Terus bagaimana kualitas perfilman di Bojonegoro? Yakin ini bisa jadi potensi lokal Bojonegoro yang menjanjikan? 

Baca selanjutnya di Prestasi Bojonegoro di Dunia Perfilman

Bupati Bojonegoro Menyambut Hangat Film Hasduk Berpola

Sebelumnya di  Dunia Perfilman, Potensi Baru Bojonegoro

 
Bupati Bojonegoro beserta pemain dan kru film Hasduk Berpola
Diangkatnya Kabupaten Bojonegoro menjadi latar belakang film garapan sutradara Harris Nizam disambut hangat oleh Bupati Bojonegoro, Suyoto, M.Si. Bagaimana tidak, adanya Hasduk Berpola membawa angin segar di bidang Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro karena film ini menjadi terobosan baru untuk mempromosikan pariwisata dan potensi lain di Bojonegoro.
 
Sutradara Harris Nizam dan Beberapa Pemain Hasduk Berpola
Harris Nizam sebagai sutradara film Hasduk Berpola mengatakan bahwa Bupati Bojonegoro serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sangat mendukung digarapnya film Hasduk Berpola. “Saya juga sudah hunting lokasi ke Bojonegoro dan Surabaya dan dapat dukungan dari Bupati serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di sana”, jelas sang sutradara.
Bupati Bojonegoro, Suyoto, M.Si juga hadir di acara perilisan film Hasduk Berpola pada tanggal 21 Maret 2013 lalu di Studio XXI Planet Hollywood, Jakarta beserta ribuan tamu undangan yang lain.
Film Hasduk Berpola juga diputar di tanggal yang sama di ruang Angling Dharma lantai II Pemkab Bojonegoro. Beragam ekspresi bermunculan di wajah para penonton di ruang tersebut, mulai dari terharu hingga bangga menjadi bangsa Indonesia.

Pemutaran Film Hasduk Berpola di ruang Angling Dharma
“Jika seorang guru yang melihat film ini maka dia akan mengajarkan kepada anak didiknya arti kejujuran pada diri sendiri bahkan edukasi yang didapat adalah proses menjadi diri sendiri dan membentuk karakteristik”, ungkap Kang Yoto (sapaan akrab Bapak Bupati). Beliau mengharapkan kehadiran cerita baru lagi tentang kehidupan masyarakat Bojonegoro untuk diangkat menjadi sebuah film layar lebar kelas nasional hingga kelas internasional.

Apakah film Jenogoroan cuma Hasduk Berpola saja? Tidak sayang... Sebenarnya masih ada banyak lagi film Jenogoroan dari berbagai genre (seperti lagu saja) yang belum diexpose secara luas. 

Nah berikut ini film-film Jenogoroan yang pernah dibuat...