Berdasarkan uraian pada artikel-artikel sebelumnya, kita bisa menyimpulkan bahwa perfilman Bojonegoro mulai berkembang dan diperhatikan oleh masyarakat baik dalam Bojonegoro maupun luar Bojonegoro.
“Sedikit demi sedikit, para pecinta perfilman di Bojonegoro menciptakan karya-karya film.Sedikit demi sedikit, mereka beralih dari penonton menjadi yang ditonton.Sedikit demi sedikit, para pecinta film yang tersebar diseluruh penjuru Bojonegoro berkumpul menjadi satu kesatuan.”
Menjadi satu kesatuan?? Yups, benar. Saat ini mulai muncul komunitas yang
bergerak di bidang perfilman. Komunitas itu adalah Komunitas Saraf Mata.
Komunitas ini memproduksi berbagai film indie baik film dokumenter maupun
bentuk video pendek. Dan film-film tersebut berhasil mengukir prestasi. Saya
masih belum tahu ada komunitas perfilman lagi atau tidak di Bojonegoro, yang
saya tahu cuma itu saja.
Begitulah tahapan yang sedang dilalui oleh dunia perfilman. Ya ... memang Bojonegoro
masih merupakan “anak baru” di perfilman Indonesia, tidak seperti Jakarta dan
Bandung yang sudah berpengalaman bertahun-tahun di dunia perfilman. Tapi
Bojonegoro juga sanggup bersaing di industri perfilman.
Saat ini demam film dan sinetron tak berbobot mewabah dimana-mana. Selalu ada
saja film, sinetron dan acara-acara TV yang masuk ke catatan hitam di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Untuk yang dipertelevisian, kasusnya ada bermacam-macam, mulai dari pelanggaran perlindungan anak dan remaja, norma kesopanan dan
kesusilaan, materi seks, penggolongan program siaran, ketentuan iklan,
pelecehan individu/kelompok masyarakat tertentu, ketentuan program jurnalistik,
materi mistik-horor-supranatural, kekerasan, gender, hak privasi, agama, tata
cara penggunaaan lagu kebangsaan, budaya, ketentuan sensor, dan ketentuan
terkait rokok. Aduh.. banyak sekali pelanggaran yang terjadi di Industri
pertelevisian.
Kalau perfilman sich mayoritas kasus
pelanggaran yang di depan layar yaitu materi seks. Untuk buktinya, anda sudah
tahu sendiri di sekitar anda, jadi tidak perlu dibahas lagi. Untuk pelanggaran
yang dibalik layar yaitu kasus hak cipta baik di level nasional maupun level
komunitas.
Keadaan yang seperti ini bisa
menjadi peluang Bojonegoro untuk maju di dunia perfilman dan memperkenalkan
diri kepada dunia, “Kami Bojonegoro turut berpartisipasi membangun dunia
perfilman Indonesia”.
Salah satu adegan dalam film 'Hasduk Berpola' |
Bojonegoro bisa memproduksi
film-film yang dekat dengan kehidupan kita, mengangkat film-film dari sejarah
dimasa lampau dan perbaikannya saat ini, mengangkat budaya dan alam asli
Bojonegoro, mengangkat budaya kita yang saat ini mulai tergerus arus
liberalisme. Contoh sederhananya, budaya gotong-royong sekarang mulai punah
karena masyarakat mulai mementingkan kepentingannya sendiri, acuh dengan keadaan
sekitar. Sadarlah.... ini sama sekali bukan budaya Indonesia kita. Indonesia
bukanlah bangsa yang seperti, Indonesia benar-benar mengangkat asas
kekeluargaan bukan asas saling menjatuhkan.
Hal-hal tadi bisa dijadikan
sebagai karakteristik perfilman Bojonegoro. Jadi, Bojonegoro memiliki potensi
besar untuk menjadi kota perfilman, bukan... lebih tepatnya lagi kiblat
perfilman Indonesia bahkan dunia yang selalu menyajikan berbagai film yang
berkualitas, sarat makna, dan mengangkat nilai-nilai adiluhung bangsa yang
dimiliki Indonesia.
5 tahun ke depan, yaitu tahun
2018, Bojonegoro telah memiliki beberapa komunitas perfilman dan beberapa
produser film asli Bojonegoro. Bojonegoro telah berhasil memproduksi beberapa
film indie dan film box office secara mandiri. Mayoritas film-film yang
diproduksi berhasil memperoleh prestasi di ajang bergengsi tingkat provinsi.
Lalu, beberapa film Bojonegoro mampu memperoleh penghargaan bergengsi seperti,
FFI 2018.
Di tahun 2019, para investor
tertarik untuk melakukan investasi di beberapa produser film Bojonegoro.
Akhirnya dengan dana yang besar produser film Bojonegoro bisa memproduksi film
yang lebih baik lagi dari yang sebelumnya tanpa takut kehabisan dana. Di tahun
ini, pengunjung di wilayah Bojonegoro juga meningkat karena penasaran dengan
perfilman Bojonegoro dan wisatanya. Pendapatan daerah Bojonegoro juga meningkat
karena industri perfilman dan pariwisata Bojonegoro turut menyumbang pendapatan
Bojonegoro lewat pajak.
Di tahun 2020, sebuah film box
office terbaik di Indonesia dari Bojonegoro telah dirilis dan mendapat
apresiasi positif dari masyarakat dunia. Dan sebuah film tersebut berhasil
menyabet penghargaan Oscar, ajang penghargaan perfilman paling prestisius di
dunia. Dan nama Indonesia semakin harum di dunia Internasional dan Bojonegoro
semakin maju sebagai kiblat perfilman yang berkualitas. Kalau bukan kita yang
memproduksi film berkualitas, siapa lagi???
Ini mimpi, kenyataan atau visi dan misi, yah... itu semua tergantung anda semuanya. Sebagai masyarakat
Bojonegoro, apakah kalian tega melihat Bojonegoro menjadi daerah yang
terbelakang, tertinggal zaman? Apakah kalian rela kalau prestasi perfilman
Bojonegoro hanya berhenti sampai disini? Tentu tidak bukan...
Sekarang, tunjukkan karya-karya
terbaik kalian untuk Bojonegoro, khususnya dibidang perfilman. Wujudkan impian
kalian untuk menciptakan karya agung kelas dunia!!! Yakinkan pada dunia bahwa
anak Bojonegoro juga mampu bersaing di Industri perfilman Indonesia. Galeri Milik Rina siap membantu mempersiapkan karya kalian, memberi informasi tentang
dunia perfilman dan mempertemukan kalian dengan tim terbaik kalian...
Baca juga Dunia Perfilman, Potensi Baru Bojonegoro
Ayo Bojonegoro !!!
Baca juga Dunia Perfilman, Potensi Baru Bojonegoro